Minggu, 18 Oktober 2015

Hal hal bodoh



Hal hal bodoh


            Beberapa hari ini aku jadi keranjingan nonton Dragon ball tiap jam lima sore sambil nunggu adzan maghrib. Tau Dragon Ball kan? Itu lho petualangan Sun Goku mengumpulkan tujuh bola naga. Nah kalo bola naga itu udah ngumpul tujuh, akan muncul Selong si dewa naga yang akan mengabulkan satu permintaaan. Hmm jujur saja pas liat kartun ini diputar ulang di tv mulai dari awal, aku jadi ngerasa gimana gitu. Jadi keinget masa kecil dan jadi sadar kalo waktu telah dengan kejamnya berlalu dengan cepat he he.
            Dragob balll adalah serial kartun lama yang membuat hari minggu menjadi sangat ditunggu. Udah jangan belagak nggak tau buat yang lahirnya taun 90 an.  Dan setelah melihat kartun itu berasa nggak sabar untuk mempraktekkan  jurus-jurus silatnya di rumah. Yah kamehame adalah jurus andalan waktu itu. nggak perlu waktu lama untuk membuat rumah berantakan dengan aksi loncat-loncat dan lempar bantal dan apapun selama benda itu lunak bareng kakak, dan adik perempuanku. Umur kami yang tak  terpaut jauh membuat kami jadi bisa saling mengerti dan kompak dalam hal bikin rusuh ha ha. Bisa kalian tebak apa yang terjadi berikutnya? Yup tepat sekali ibu datang dengan wajah galaknya membubarkan manusia super saiya yang belagak jagoan  mengacaukan rumahnya. Hilang sudah jurus-jurus sakti kami. Aku dan dua sudaraku langsung Berhamburan pergi begitu mendengar teriakan ibu Ha ha. Di usia ku sekarang kadang kangen lho diomelin sama ibu. Apa harus berantakin rumah lagi ya? Biar diomelin lagi. HMMM
            Di sela-sela iklan iseng aku pindah chanel hingga tanpa sengaja aku nemu wajah si uya di sebuah stasiun tv. Aku udah ambil ancang-ancang kalo acaranya tentang hipnotis aku bakalan pindah langsung. Ternyata bukan, walaupun sejenis.  Tetep tentang explore masalah orang buat dijadiin hiburan.  Aku pindah lagi chanel ternyata  dragon ball belum main  iklannya banyak. Baiklah aku liat Uya lagi pengen tau aja acaranya seperti apa.  Jadi di acara itu Uya adalah orang yang akan membantu seseorang menyelesaikan masalahya dengan orang lain. Kasusnya waktu itu tentang seorang cowok yang nggak tega atau nggak bisa ngomong langsung buat mutusin pacarnya. Dia minta tolong Uya untuk ngomong ke pacarnya.
            Alasan si cowok mutusin sih karena si cowok nggak bisa mencntai meski udah setahun pacaran. Alasan yang menurutku dibuat-buat. Palingan juga dia dapat kenalan cewek baru yang dia anggap lebih dari pacarnya yang sekarang dan tebakanku benar. Beberapa saat kemudian si cewek yang mau di putusin di hadirkan. Si cewek nangis-nangis nggak mau diputusin terlanjur sayang katanya. Si cewek malah awalnya mengira diajak ke acara itu buat dilamar . Karena belakangan si cowok bersikap lebih baik dari biasanya sama si cewek. Eh malah di putusin.  Nah lho.
            Kalo yang lain host dan penonton si di studio waktu itu banyak yang nangis kasian sama si cewek yang udah baik cantik nurut malah di putusin. (Oya Tips buat cewek sesayang apapun kamu sama seseorang yang ada di dekatmu saat ini, biasa aja tetep bikin penasaran, biar  dia tak merasa menang dan akhirnya bosan.). kalo aku sih lebih kasian sama  si cowok.  Apa? Aneh ya. Tapi bener aku kasian sama si cowok. bukan apa apa,  karena menurutku dua tahun kemudian si cewek bakal tumbuh sangat kuat kadang bisa jadi seorang yang gila kerja sukses dalam karir yah walaupun agak sulit kembali percaya soal cinta tapi begitu dapet dia akan benar-benar  dapat yang terbaik. Kebalikannya si cowok dua tahun kemudian bakal mulai susah tidur  dan mulai membandingkan dan terus membandingkan.  Secantik dan sehebat apapun cewek yang ada di sisinya saat itu nggak akan banyak membantu. Dia akan mulai sadar melewatkan sesuatu yang begitu indah, sebuah hal bodoh yang sering dilakukan cowok. “Menyesal pernah menyakiti itu jauh lebih sakit daripada terskiti ..” Nggak percaya? coba aja sendiri.  He he ( saranku sih jangan dicoba )
            Ending acara itu gimana aku nggak tau karena saat itu aku kembali nonton dragon ball. Yah aku lebih memilih mengenang hal-hal yang indah dari pada mengenang hal-hal yang bikin senam hati.  Sebelum akhirnya adzan maghrib berkumandang dan aku pun pergi ke mushola. Tanpa sadar di perjalanan aku bernyanyi sebuah lagu yang anehnya aku nggak bisa lupa meski mencoba untuk lupa.
Jawabnya ada di ujung langit
Kita kesana dengan seorang anak
Anak yang tangkas
Dan juga pemberaniiii

Rabu, 14 Oktober 2015

pecundang sejati

cerpen ini juga pernah dimuat dimajalah hai kapan -kapannya aku lupa. so selamat membaca
dan jangan sungkan kasih kritik dan saran





Pecundang sejati
“Sabar, Yud. Di tolak cewek bukan akhir segalanya, kok. Coba aja deketin sepuluh cewek, sekaligus. Masak iya, sih. salah satunya nggak ada yang nerima??” hibur Damar, setengah meledek.
“Tapi, kalo emang sepuluh- sepuluhnya nolak , Yud. Kayaknya, lo mesti mandi kembang tujuh rupa deh. Kali kali aja ada mahluk halus yang ngikuti lo,  yang membuat aura ganteng lo  nggak keliatan.” Saut Faiz, menambahi, sambil cekikian.
“Iyaa, kalian, tuh. Mahluk halusnya?” sungut Yudha, emosi, sama temen- temennya. Yang bukannya menghibur, tapi malah ngeledekin, Tentang nasibnya yang selalu kurang beruntung Soal asmara.
Damar, dan Faiz tertawa geli, melihat Yudha sohibnya ngamuk- ngamuk. Mereka bukannya tidak solider, sama Yudha, yang sedang dirudung duka, ditolak cewek kemarin. Tapi, berhubung Yudha, hampir  tiap sebulan sekali ditolak cewek. Lama-lama mereka jadi nggak aneh lagi. Kalo tiap akhir bulan melihat sahabat mereka, Yudha. Murung karena patah hati. Karena mereka yakin. Setelah lewat tiga hari, Yudha akan kembali berisik seperti biasa atau kalo Yudha ketemu sama cewek cakep . Pasti dia langsung semangat lagi.
Yah , itulah Yudha, cowok  dengaan tampang pas- pasan, Dompet di bawah  standart. Karena banyakan bokeknya  dari pada punya duit. Tapi soal selera, uh jangan di Tanya, hampir tiap cewek yang ditaksirnya, cewek- cewek jet set, yang bukan hanya cantik seperti artis, tapi juga kaya. Wajar memang, jika Yudha selalu ditolak. Faiz dan Damar, pun. Sudah sering menasehatinya untuk lebih tau diri, kalo naksir sama cewek. Tapi dasar Yudha yang bandel, punya kepercayaan diri super tinggi, dalam memdekati cewek- cewek incaranya. Dan hasilnya bisa ditebak, ditolak,!***
Yudha, menumpahkan kegalauannya dengan menuliskannya pada sebuah cerpen. Yah, satu satunya hal positif, dari serangkaian penolakan yang dia alami adalah ide- ide baru dalam menulis cerpen.  Hanya itu satu- satunya  keahlian yang bisa dia banggakan, walaupun masih minder untuk mengirimkan hasil karyanya ke media. Setidaknya, cerpen- cerpen Yudha, sering nongol di fan page di facebook dan blog- blog remaja. Dan selalu mendapat komentar positif, dari pembacanya. Seperti saat ini, cerpen hasil karyanya yang beberapa saat yang lalu dia posting, langsung mendapat komentar positif.
 Wiih, salut deh. Cerpen-cerpennya bagus. Aku sering baca karya- karya kamu, di fan page, Cerpen remaja. Apalagi yang judulnya , Lagi dan lagi. Kereeen. Jadi pengen kenal sama penulisnya. Hi hi pengalaman pribadi yaa? Salam kenal.” Yudha, tersenyum bangga, membaca pesan gadis yang add dia. Yudha jadi teringat pada cerpennya yang berjudul Lagi dan lagi yang mengisahkan serangkaian kisah penolakan yang dia alami. Tapi, tak pernah lelah terus mencoba lagi. Yudha, mengintip foto profil, akun pengirim permintaan pertemanan padanya. Hanya gambar animasi seorang gadis,dengan model rambut poni ala jepang, yang dia lihat, Tak ada foto lain. Walaupun ragu, akhirnya Yudha, menerima permintaan akun yang bernama,  Nami selalu disini itu. Dan ternyata, mereka sama  sama online. Karena penasaran. Yudha, nekat menyapanya lewat obrolan di facebook.
Makasih ya, sudah mau baca cerpenku. Jadi terharu nich. Iya pengalaman pribadi Hi hi.” Tulis Yudha, penasaran. Menunggu cukup lama akhirnya balasan yang di tunggu- tunggu muncul .
Cerpennya memang bagus kok.  Terima kasih juga sudah dikonfirmasi, pengalaman pribadi? Hi hi pantang mundur deh”  balas Nami, yang kemudian berlanjut dengan obrolan – obrolan lain tentang  cerpen dan puisi. Yudha, walaupun masih belum jadi penulis terkenal,pun. Membagi pengalamannya menulis.
Dan mereka dengan cepat bisa langsung akrab. Walaupun sama sama penasaran, karena keduanya tidak memasang foto asli. Yudha, memasang foto saat  dia berdiri menatap matahari yang tenggelam dari samping sehingga wajahnya tak terlihat jelas. Yah karena Yudha minder dengan wajahnya yang biasa nggak cakep tapi juga nggak jelek. Karena seringnya chating, dan sama sama nyaman sama ngobrol. Akhirnya mereka sepakat untuk ketemuan. Awalnya Yudha minta dikirimi foto Nami, tapi Nami, menolaknya biar kejutan katanya.
Yud, nanti kita janjian pake baju merah yaa? Biar lebih gampang dikenali.”
Siap deh, jangan lupa minggu pagi, di alun alun.” balas Yudha, semangat sampek lupa kalo sebenarnya dia tak punya baju , kaos atau apapun yang warna merah.***
Minggu pagi, Yudha sudah bersiap sedari subuh menyiapkan penampilam seperfect mungkin. Walaupun ada satu yang mengganjal. Setelah sepakat janjian pake  yang merah- merah dan sadar  tak punya. Yudha, keliling cari pinjaman karena lagi bokek untuk beli. Dan apesnya lagi, yang dia dapat adalah sebuah jemper merah ukuran xxl, milik Damar.
Setelah berkeliling akhirnya Yudha, menemukan sosok gadis memakai baju merah, sedang duduk gelisah, di kursi beton, Yudha terus mengamati dari balik pohon, belum berani muncul karena tak yakin dengan apa yang dia lihat. Di rasakan sebuah getaran, di saku celananya, sebuah sms masuk dari Nami.
Yudha, kamu dimana? aku sudah di taman duduk di kursi beton dekatnya sarang burung merpati”
Yudha, kaget luar biasa. Betul-betul tak menyangka bahwa gadis yang sedari tadi dia amati, adalah Nami . Sosok gadis cantik bak selebriti dengan rambut panjang terurai, jauh lebih cantik dari gadis gadis yang menolak dirinya.
Kakinya bergetar, bimbang entah kenapa rasa minder, muncul di saat yang tak tepat. Rasa yang selama ini takdi punyai Yudha. Nami, tiba tiba menoleh kearahnya, sorot mata bening meneduhkan itu merontokkan segalanya, Yudha, balik badan bergegas pergi. Yudha tak peduli dan terus berlalu, otaknya tak bisa lagi berpikir jernih.
 Merasa mengenali sorot mata cowok yang memakai jemper merah kebesaran, Nami berjalan mendekati Sedang Yudha terus berjalan pergi tak perduli gadis itu memanggil namanya, handphone-nya juga terus bergetar. Yudha terus berlalu pergi tak berani mengangkat telpon dari Nami, minder dengan kecantikannya.. Selesai
Oleh : ibnu sinyal

penjaga hatiku



            He he semoga kalian nggak bosen baca catatan ku ini.  kalo cerpenku  yang  pernah ini perna mejeng di blog remaja online. Dengan judul dewiku juga bertebaran di banyak blog2 lain setelah itu. Di catatan fb ku juga ada. Cerpen yang aku tulis tan 2011 kalo nggak salah, spesial banget buat ku. Karena dulu ada cewek anak sma minta biodataku karena cerpen ini pengen dia pakai buat tugas di sekolah . HMM nggak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang penulis selain honor eh salah karyanya diapresiasi. Buat yang  udah baca entah itu di blog lain atau di catatan fbku jangan kuatir meski jalan ceritanya sama.  Yang ini aku tulis ulang dengan sudut pandang orang pertama judulya juga ganti insya alloh juga bakalan ada lanjutannya. Dari sudut pandang si cewek dan endingnya bakal ga ngambang. Doa kan saja waktu berpihak padaku he he. So sering-sering main kesininya  ha ha. Oya Jangan sungkan kalo mau ngasih kritik dan saran ngirim makanan juga boleh. Ntar aku email alamat rumahku. 

Penjaga hatiku
          Secara spontan gue langsung berbinar, saat Zara berjalan tenang menuju kelas. gadis manis itu berjalan dengan tas selempangnya. Jujur jalannya yang pelan membuat gue punya niatan untuk segera menyusulnya segera, karena waktu gue tak banyak. Matahari sudah meninggi beberapa menit lagi bel masuk akan bunyi. Tapi gue memilih bersabar menunggunya berjalan lebih dekat.
            "Hai! Kemana aja sih jam segini baru datang?  Gue  kan kuatir Lo telat terus dihukum." sapa gue saat dia sudah beberapa langkah di depan.
            Zara tampak dingin-dingin saja tak merespon ucapanku. Dia malah nampak mengambil sesuatu dari dalam tas selempangnya.  Yah Zara mengambil sebuah buku bersampul coklat tua. Buku yang aku hapal betul. Buku tugas kimia. Dengan dingin dia sodorkan buku itu padaku.
            “Udah nggak usah basa-basi. Lo nugguin gue dari tadi mau nyontek pe-er kan?”  ucanya dingin.
            Duh malunya Gue tebakanya seratus persen benar. Dengan malu-malu gue raih buku tugas kimianya.
            “He he tau aja lo, Za. Abis semalem aku ketiduran he he.”
“Ketiduran kok tiap hati. Buruan salin deh, bentar lagi masuk.” Sautnya cepat.
“Ya sudah aku salin dulu.”
“Iya.” Balasnya malas dengan gontai berjalan masuk kelas.
Gue buru-buri ngungsi ke kelas sebelah untuk nyalin pe-er agar tak direcokin teman-teman senasib dan seperjuangan gue yang sama-sama belum bikin pe-er. Waktu gue benar-benar sudah mepet. Dalam beberapa menit saja Gue udah berhasil nyalin tugas imia dari buku Zara. Gue udah saat terlatih dalam hal salin menyalin pe-er. Tulisan tangan Za yang rapi makin memudahkan proses itu.
Dengan senyum penuh kemenangan gue berjalan masuk ke kelas.  Saat gue datang suasana kelas masih riuh oleh mahlik-mahlik malas macam gue yang sibuk nyalin pe-er. Gue sampek geli meliha beberapa teman gue duduk membundar kayak orang main kartu mengelilingi sebuah buku tugas untuk disalin. Tampak jelas wajah panik mereka berkali-kali elirik jam dinding keudian dengan cepat kembali menyalin.
“Daak daak!”
Iseng, gue gedor-gedor papan tulis dengan penggaris kayu. Beberapa anak tampak kaget menghentikan aksi menyalinnya dan menatap ke depan. Terlihat raut wajah tegang dan panik mereka. Yah mereka mungkin mengira  yang melakukan hal itu adalah Pak Ion guru kimia yang mencoba menghentikan aksi nyontek massal. Gue ketawa geli melihat itu.
“Gimana negara kita ma maju. Kalo generasi mudanya seperti ini! pe-er gikerjakan di rumah bukan di sekolah!” teriak gue membuat mereka kalang kabutan memaki.
“Huuu! Kayak lo nggak aja!”
“Ha ha,”
Gue dengan senyum yang melebar berjalan mendekati Zara cewek yang selalu jadi dewi penolong gue tiap hari. Cewek manis bertubuh kurus dengan rambur sebahu itu tampak tanpa ekspresi menyambut kedatangan gue.
“Makasih ya Za, atas pengerian lo. Entah apa jadinya gue tanpa lo” ucap gue berusaha manis sambil menyodorkan buku tugas Za.
“Basi! Kalo ada butuhnya doang lo manis.’ Jawabnya dingin.
“Gue akan selalu bersikap manis untuk  lo. My guardian angel. Zara.”
“Huh nggak ada gombalan lain apa? Gue udah bosen denger itu tiap hari.”
“Belum ngaran yang baru kasih ide dong ha ha.” Jawabku sambil tersenyum.
Zara meraih bukunya dari tanganku. Dia membuka kembali buku tugas itu meneliti kembali tugas yang semalam dia kerjakan. Entah kenapa  gue suka sekali melihat pemandangan itu. Hingga akhirnya gue harus kembali kembali ke bangku gue.
“Ben..”
Dia memanggil gue saat gue baru dapat beberapa langkah berjalan. Dia tampak ragu-ragu saat gue sudah berbalik menghadapnya.
“Ada apa Za?”
Za beberapa kali menggigit bibirnya ragu untuk menyampaikan sesuatu.
“Gue bisa minta tolong nggak Ben?” ucapnya malu-malu.
“Ya ampun Za, pasti bisa lah. Lo tinggal ngomong aja nggak usah sungkan. Asal jangan minta dibuatin candi dalam waktu semalam aja he he”
“Yey emang gue dayang Sumbi apa .”sautnya nyengir.
What can I do for you Za?” Tanyaku lagi.
Mmm, lo ntar sore ada acara nggak? Tolong anterin gue ke toko buku ya? Soalnya bokap nggak bakal ngizinin kalo gue pergi sendiri. Lo tau sendiri kan  bokap nyokap gue kayak apa?” ucapnya penuh harap.
“Yup! Ntar sore!”
Hmm tanpa halangan yang berarti gue berhasil menyakinkan tante Liz, kalo anak gadisnya  bakalan aman kalo pergi sama gue. Dia berpesan agar kami tak pulang terlalu malam maksimal jam delapan sudah sampek rumah. Dan gue menyanggupi syarat itu, dengan senyum yang terus mengembang Zara naik motor gue tak sabar untuk segara melaju pergi.
Jujur meski gue sama Zara udah hampir tiga tahun sekelas. Ini pertama kalinya gue bareng sama dia. Ada semacam perasaan aneh dalan hati gue yang membuat hati gue juga berbunga-bunga waktu.
“Cewek lo nggak marah Ben, lo jalan sama gue…” bisik Zara  dari belakang.
“Tenang untuk saat ini status gue jomblo he he..”
“Hah.  Bukannya lo pacaran sama Kelly?”
“Gue udah putus…” jawabku singkat.
“Lo kenapa memang?” kejarnya penasaran.
“Hmmm makanya sering-sering nontn inforainment biar nggak ketinggalan berita he he. Udah jangan dibahas lagi.”
Zara pun tak lagi bertanya soal Kelly. Gue juga enggak minat  untuk membahas lebih jauh. gue terus melajukan motor gue pelan di jalanan yang makin macet.
Di gramedia, gue dan Zara berpisah. Dia pergi ke rak buku-buku pelajaran sekolah. Sedang gue asyik di kumpulan komik-komik terbaru. Beruntung sekali gue lihat ada koik yang udah ke buka. Jelas dong gue nggak mau menyiakan-nyiakan hal itu. gue pun langsung membaca sampek puas tak perduli dengan lirikan-lirikan kesal penjaga toko dan beberapa pengunjung yang lain. Hingga tangan lembut itu  menyentuh pundakku. Membuat gue terkaget.
“Ben, balik yuk.”
“Eh Za, cepet amat. Udah ketemu yang dicari?” tanya gue jadi agak salting ketauan demen baca komik sinchan.
“Udah. Aku kasian aja sama lo pasti bosen nungguin gue,”
“Ah nggak kok gue malah seneng bisa baca komik gratis he he,”  jawab gue sambl mempertlihatkan komik sinchan yang ada di tangan gue. Zara tersenyum geli.
“Sukur deh, nih gue beli  sesuatu buat lo .."
Zara menyodorkan sebuah buku kecil berpaduan warna  antara pink dan coklat. Sebuah buku yang berisi kmpulan rumus-rumus ipa. Dengan ragu gue menerimanya .
“Oh makasih ya Za, udah lama emang gue pengen beli buku ini.” 
Gue pura-pura seneng nerima buku itu nggak enak sama Zara. Jujur saja baru liat sampulnya saja gue udah pusing belum ngebacanya. Hmmm bisa meriang gue.
“Ben.. gue ngasih buku itu.  dengan harapan setelah ini lo mulai mau nyoba ngerjain tugas-tugas rumah sendiri. Nggak nyontek gue mulu. Nggak mungkin kan selamanya gue bisa bantuin lo terus. Bentar lagi kan kita UAN. Gue pengen lo sukses Ben, nggak ada maksu lain.”
Deg gue kaget sekagetnya mendengar penuturan Zara. Gue nggak pernah nyangka dia segitu perhatianya sama gue padahal selma ini gue hanya manfaatin dia buat nyalin pe-er. Jujur gue terharu banget. Untuk sesaat gue hanya garuk-garuk kepala nggak tau harus ngomong apa.
“Mmm, maaf  Ben kalo gue nyinggung lo.  Lo boleh kok tiap hari nyegat gue buat nyontek pe-er gue nggak keberatan! Bukunya nggak lo baca juga ngga papa,”
Ah kediaman gue ternyata membuat Zara mengira gue marah dan tersinggung. Gue buru-buru nyengir untuk menepis anggapan  itu.
“Gue nggak marah Za. Lo bener, nggak selamanya lo gue ngandalin lo terus. Ada masanya gue harus berdiri sendiri. Lo mau kan ngajarin gue mecahin rumus-rumus memusingkan ini. ”
“Pasti Ben. Tapi ada uang privatnya ya, he he.”
“Dasar matre Lo, he he”
Gue mengacak-ngaca rambutnya gemes dengan lembut dia menepisnya dan kai berjalan bersama sambil terus tertawa.
Pada akhirnya esok hai gue masih nyegat dia untuk nyontek pe-er. Dia seperi biasa menyerahkan buku tugasnya.  Dia tak pernag menungkit-ngungkit soal buku kumpulan rumus itu. membuat gue jadi punya tekad untuk bisa menjadi seperti yang dia inginkan. Meski slit gue mlai mencoba merubah sikap males gue dan mencoba engerjakan tugas-tugas gue sendiri. Gue mulai makin jarang  buat nyegat dia di pagi hari. Sesuatu yang membuat gue jadiak punya alasan unuk menyapa Zara.
“Zaa…”
Gue nekat nyamperin Zara saat itu. dia nampak tersenyum hangat menyambut gue.  yah sejak gue mulai bisangejain soal-soal itu sendiri gue emang jadi jarang ngobrol dengannya.
“Ben, tumben. Lo mau nyontek pe-er,” ucap Zara sambil mencari sesuatu dai tas selempangnya.
“Gue nggak mau  nyontek pe-er. Gue mau ngajak lo nonton ntar sore mau ya…” ucap gue penuh harap.
Zara tampak berpikir tak langsung mengiyakan permitaan gue.
“Iya ntar  kita nonton. Tapi lo harus jemput gue dan izin ke bokap gue dulu,”
“Ha ha iya nanti  sore dandaan yang cantik…”
Zara tersipu malu mendengarnya.

Ini bukan akhir cerita
Ini hanya perjalanan hidup
Yang harus kita lalui
Yang harus kita jalani