Kamis, 26 November 2015

Gombal gembel berbagai bahasa



            Denger-denger sctv mau nanyangin sinetron kolosal pedang naga puspa yang di adaptasi dari sandiwara radio tutur tinular. Semoga saja skenario digarap sesuai cerita aslinya. Jujur saja Tutur tinular itu memorable sekali, saya rindu film kolosal yang berkualitas.   Hmm jadi ingat si pendekar syair berdarah yang lihai merangkai kata tapi sayang berwatak jahat. Untuk mengenang si pendekar yang demen pakai syair buat naklukin  lawan-lawannya. Berikut saya bagikan syair-syair cinta dari berbagai bahasa yang saya kumpulkan dari berbagai sumber. Kali=kali aja bisa membantu kamu dan kamu untuk menaklukkan hati someone spesial di hatimu he he.
Oya yang paling banyak dari arab, maklum saya seneng yang arab-arab. Halah. Udah langsung aja kejedot eh cekidot

"Syakhsun muhimm fie hayaatika laisasy syakhsul ladzi tasyuru biwujudihi. Walaakinnahu as syakhsul ladzi tasyuru bi giyabihi."

Sosok penting dalam kehidupanmu bakanlah sosok yang dapat kamu rasakan keberadaannya. Namun sosok penting dalam hidupmu adalah sosok yang kamu dapat rasakan kepergiannya.

"Yahlumur rojulu bi imroatin kaamilatin, wa tahlumul maratu birojulin kaamilin. Wa laa ya'lamuuna annalloha kholaqohum liyukmilaa ba'dhohum al ba'dho

Seorang laki-laki selalu mengidam-idamkan seorang wanita yang sempurana dan wanitapun begitu selalu mengidam-idamkan laki-laki sempurna. Padahal mereka tidak faham bahwa Alloh mencipatakan mereka untuk saling melengkapi satu sama lain.

"Maa ajmala an tajida qolban yuhibbuka duna an yutholibuka bi ayyi syaiin siwaa an yarooka bikhoirin

Betapa indahnya jika engkau menemui hati yang tidak pernah menuntut apa apa darimu kecuali sebatas keinginan untuk melihatmu dalam keadaan baik.

as'alunani limaadza uhibbuki ?? Aghbiyaa.... kaannahum yas'aluni limadza atanafas ?

Orang-orang bertanya padaku kenapa aku mencintaimu. Sungguh mereka itu sangat bodoh, karena mereka seakan-akan bertanya padaku untuk apa aku bernafas.


"Laisal hubbu a'n nabqo daaiman bi jaanibi man nuhibbu, wa laakinnal hubbu an nabqo fie qolbi man nuhib."

Cinta bukan berarti kita selalu berada  di sisi orang yang kita cintai... Tapi cinta itu adalah tatkala kita berada dalam hati orang yang kita cintai.

Tsalatsun man kaana fiehi wajada halawatal imaan. wa dzakaro minha ...."an yuhibak mar'u laa yuhibbuhu illaa lillahi.

Tiga hal yang apabila terkumpul dalam dir  i seseorang maka ia akan mendapatkan manisnya iman; .... [salahsatunya] mencintai seseorang semata-mata karena [mencari ridho] Alloh [Al Hadits]

It is a nice feeling when you know that some one loves you, misses you, needs you
but it is better when you know that's some one never ever forgets you. That's me

Sebuah perasaan yang menyenangkan tatkala engkau tau ada seseorang yang mencintaimu, merindukanmu dan membutuhkanmu. Dan perasaan yang lebih dari itu, adalah tatkala engkau tahu di sana ada seseorang yang tidak akan pernah dapat melupakanmu selamanya. Itulah aku.

I wrote your name in the sky, but clouds remove. I wrote your name on the beach, but the waves remove it. So, I wrote your name in my heart So that nothing will be delete.

Aku telah menuliskan namamu di langit tapi awan menghapusnya. Akupu telah menuliskan namumu di pantai tapi ombak juga menghapusnya.  Jadi Aku tulis saja namu di hatiku sehingga tak  ada yang bisa menghapusnya.

When the night comes, look at the sky. If you see a falling star, don’t wonder why, just make a wish. Trust me, it will come true, because I did it and I found you!

Saat malam tiba, lihatlah langint. Jika kamu melihat bintang jatuh jangan heran dan berdoa. Percayalah, itu akan jadi kenyataan, karena aku dulu juga begitu dan akhirnya aku menemukanmu

When love feels like magic, you call it destiny. When destiny has a sense of humor, you call it serendipity. - Serendipity

Ketika cinta terasa seperti sihir, kamu menyebutnya takdir. Saat takdir berubah menjadi sebuah humor, kamu menyebutnya kejutan yang menyenangkan. – Serendipity

nakanaide taisetsu na hitomiyo
kanashi sa ni tsumatsu itemo shinnjitu wo mite itene
sono mama no anata de ite
Jangan menangis, jangan menangis buah hatiku yang berharga
Walaupun kau berjumpa dengan kesedihan, lihatlah kenyataan
Jadilah seperti apa adanya

anata no sugu soba ni mata atarashii hana ga uamrete
komorebi no naka de azayaka ni yureteru
itsumademo mimamotte agetaikedo
mou daijyoubu yasashii sono te wo matteru hito ga irukara
kao wo agete
Aku ingin menjagamu selamanya, tapi kau akan baik-baik saja sekarang,
karena akan ada seseorang yang menunggu untuk meraih tanganmu
Jadi angkatlah wajahmu
Kazoe kirenai demo sukoshino saigetsu wa nagare
Ittai kimi no koto wo dorekurai wakatterunokana
Yubisaki de chizu tadoru you ni wa umaku ikanaine
Kizuiteiruyo fuan souna kao kakushiteru kurai
Isogi ashi no ashita etoo teikou suruyouni
Kake.. mawayotte temo
Fushigina kurai kono mune wa kimi wo egakuy

Tak terhitung... masa-masa yang telah terlewati
Seberapa besarkah aku sungguh-sungguh mengenal dirimu?
Tak sesederhana menyusuri selembar peta dengan jarimu
Aku tahu engkau sedang mencoba menyembunyikan raut kegelisahanmu

nemurenakute mado no tsuki o
miageta...
omoeba ano hi kara
sora e tsuzuku kaidan o hitotsu zutsu
aruite kitandane
nani mo naisa donna ni miwatashite mo
tashikana mono nante
dakedo ureshii toki ya
kanashii toki ni
anata ga soba ni iru
chizu saenai kurai umi ni
ukande iru fune o
ashita e toterashi tsuzuketeru
ano hoshi no yoo ni

Tidak dapat tertidur, aku melihat ke arah bulan melalui jendelaku...
Mengingat kembali, sejak hari itu
Aku menapaki tangga yang menjulang hingga langit
Selangkah demi selangkah, akan tetapi kemanapun mataku mencari..
Tidak ada apapun di sana, tidak ada yang dapat kupercayai.
Namun di saat suka dan duka,
Kau selalu bersamaku.

najyan saiki sliramu wes lali karo aku nanging aku ora bakal biso lali sliramu cah ayu
pi roso ing wengi iki lan tansah ora tak roso howo adem nkang nembus rogo iki
wes kadung jeru roso kangen iki marang eseme abang lambemu koyo rendeng ngenteni mongso ketigo 

udah sekian dulu, udah mabuk cinta ini he he.  lain kali di lanjut lagi selamat malam sobat 


Kamis, 05 November 2015

Amiiin



         cerpen ini dulu sekali pernah  dibukukan di kumcer love in venice. termasuk cerpen paling panjang yang pernah saya tuilis. ada yang bilang bisa jadi tiga cerpen malah. terinspirasi dari kegagalan ikut lomba cerpen duet bareng Dini so selamat menikmati . semoga terhibur.

Amiiin

Yah, punya pacar salah satu cewek yang paling populer di sekolah memang asyik. Enda  jadi lebih bersemangat ke sekolah, ada rasa bangga saat berjalan berdua menikmati tatapan iri temen-temen cowoknya yang awalnya tak percaya. Enda, cowok biasa-biasa saja bisa menggandeng Jenni, anggota cheerleader yang punya body sekel macam Megan fox. Tapi, jangan kira pacaran sama cewek populer tanpa masalah. Enda harus berjuang mempertahankan Jenni dari cowok-cowok keren di sekolahnya  yang meski tau Jenni udah jadi pacarnya masih aja nekat ngedeketin Jenni.
Salah satu cara Enda untuk mempertahankannya adalah dengan sering ngajak jalan dan sering-sering memberi Jenni hadiah yang itu semua sangat menguras uang jajannya. Bahkan Enda sudah bertekad untuk memberi hadiah sebuah tas cantik mahal yang sering dilirik Jenni saat mereka jalan-jalan di mal saat ulang taun nanti. Dan untuk mewujudkan itu, Enda yang uang Jajannya pas-pasan harus rela  ikutan kerja nyuci piring tiap sore sampek malam di sebuah café, membuat Enda jadi pulang larut malam, kecapean, yang akhirnya  membuatnya sering tidur pas jam istirahat.
“Heh tidur mulu! Gimana cerpen buat mading hari senin udah jadi belum,” seru Metta mengagetkan Enda yang masih terbuai mimpi.
“Eh kamu Met,” Enda Setengah sadar. “ Kasih waktu lagi ya. Sebelum hari senin cerpennya sudah jadi kok”
“Bener ya!”
“Iya Met. Percaya deh sama Enda,” jawab Enda meyakinkan Metta sang penguirus mading kalo tugas cerpen yang dibebankan padanya akan selesai tepat waktu.***
Otak Enda tak bisa lagi berpikir jernih. Hari ulang tahun Jenni makin dekat, sementara uang Enda yang terkumpul jauh dari cukup untuk menebus tas cantik yang ingin dia jadikan hadiah ulang taun untuk Jenni . Enda juga sudah berusaha nyari pinjaman duit, tapi belum juga berhasil dapat pinjaman.
 Saat otak Enda semakin kusut takut tak bisa memberi sesuatu yang special buat Jenni di hari ulang taunnya, pas berjalan pulang dari café Enda mendengar dering telpon dan pancaran sinar yang ternyata berasal dari sebuah Android keluaran terbaru yang tergeletak di jalan yang pada saat itu sedang sepi, Enda buru-buru mengambil hape tersebut, pikirannya bimbang antara menerima telpon masuk yang kemungkinan besar dari pemilik Android yang sedang berusaha mencari barangnya yang hilang atau mematikannya.
Yah dengan Android yang tergeletak itu, semua masalahnya akan teratasi. Enda tau dimana tempat menjual barang-barang temuan nggak jelas seperti yang ada di tangannya sekarang. Walau hati kecilnya ada bisikan-bisikan yang mendorongnya untuk menerima telpon masuk yang kemungkinan dari pemilik android yang sedang kebingungan mencari barangnya,  Enda memilih mematikan android tersebut kemudian bergegas pergi. Bayangan senyum manis Jenni saat menerima tas cantik berkali-kali muncul di benaknya.
Malam itu juga Enda mendatangi beberapa konter yang menurut info dari temen-temennya sering menerima barang- barang nggak jelas asal usulnya, tapi karena sudah larut malam. Semua tempat yang coba didatangi Enda tutup. Enda pun pulang kerumahnya berencana menjual Android yang dia temukan besok.
Dengan raut muka ceria Enda masuk kerumahnya karena besok setelah menjual android hasil temuannya itu, masalahnya akan teratasi. Hingga  raut ceria itu terganggu saat melihat adik perempuannya tertunduk lesu duduk di sofa ruang keluarga, tak pernah Eda melihatnya begitu sedih karena biasanya Dara adiknya selalu ceria, kelewat ceria malah.mendekati berisik.
“kusut amat, kenapa dek?” sapa Enda saat melintasi ruang keluarga.
            Dara menatap kakaknya, yang sekarang berdiri tepat di hadapannya, dengan tatapan sayu membuat Enda jadi penasaran dengan apa yang sedang  di rasakan adiknya.
“Adek takut kak…,”
“Takut kenapa?” saut Enda cepat.
“Adek takut dimarahi mama kak, hand phone baru adek yang barusan dibelikan mama ilang,”
“Apaa!!”
“Iya, ilang kak. Padahal baru sesaat setelah sadar hand phone adek jatuh. Adek langsung balik ketempat yang barusan adek lewati itu sambil nelpon ke nomer adek pake hand phone temen. Hand phone adek udah nggak aktif, ilang kak. Adik takut di marahin mama kak.” Terang  Dara terisak menceritakan kejadian yang menimpanya.
Apa yang menimpa adiknya, membuat Enda merasa tersindir, malu dan bimbang untuk tetap menjual Android yang barusan dia temukan. ***
Sebuah mobil masuk pekarangan rumah Enda, keluar dari dalam mobil seorang cowok berperawakan tegap menghampirinya. Enda yang memang sudah dari tadi menunggunya, buru-buru berdiri menyambut dan  mempersilahkannya duduk di teras rumah.
 Enda menangkap ada sosok lain di dalam mobil yang tak ikut turun. Dan setelah sejenak saling memperkenalkan diri mereka langsung ke pokok permasalahannya.
“Jadi!,  kamu minta berapa untuk tebusan Android  ini,” ujar Rudi cowok bertubuh kekar yang ada di hadapan Enda sambil memegang Android yang semalem ditemukan Enda..
Sesaat Enda terdiam belum bisa menjawab apa yang barusan dilontarkan Rudi.
“Nggak, aku nggak minta  tebusan untuk  ini, aku ikhlas pengen balikin sama yang punya,” ujar Enda bergetar. terbayang tas cantik untuk Jenni melayang.
“kamu serius!” saut Rudi cepat.
“Ya. Aku serius!” Enda meyakinkan Rudi kalo dia tidak minta tebusan untuk Adroid yang dia temukan
. Rudi berusaha memberikan amplop yang berisi sejumlah uang tapi Enda menolaknya meskipun saat itu Enda sedang sangat butuh.
“Wah terima kasih Nda, senang berkenalan sama orang baik kayak kamu. Sebenarnya aku pengen ngobrol banyak. Tapi sayang, aku harus buru-buru pergi, masih ada urusan.  Main – main ke rumah kalo ada kesempatan.” Ujar Rudi sekalian berpamitan.
“Iya, kalo sempet aku akan mampir” jawab Enda pelan.
Rudi bergegas pergi. Enda membantu Rudi memmberi aba-aba saat Rudi berusaha mengeluarkan mobil dari halaman rumahnya.
“Stop, terus-terus yow jalan, ” Enda memberi aba-aba kalo jalanan sudah sepi. Rudi pun melajukan mobilnya dengan cepat menyusuri jalan tak lupa menurunkan kaca jendelanya mengucapkan terima kasih sama Enda. Dan dugaan Enda benar ada seorang cewek yang bersama Rudi di dalam mobil.
Ada perasaan lega di hati Enda setelah mengembalikan Android yang dia temukan kemarin. Butuh waktu lama untuk Enda mayakinkan dirinya. Enda membayangkan kalo pemilik Android yang dia temukan seorang gadis seperti adiknya yang menangis semalaman karena barang kesayangannya hilang. Bayangan kalo pemiliknya bukan orang kaya dan harus menabung dan bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu seperti dirinya saat ini, di tambah petuah-petuah dari papa mamanya yang sejak kecil menanamkan pada dirinya meski dalam kondisi kekurangan jangan sampek mengambil hak orang lain membuat Enda yakin untuk mengembalikan hape yang dia temukan.
Enda mengaktifkan hape yang dia temukan tadi pagi. membalas sms yang masuk, sms dari pemilik Android yang minta barangnya dikembalikan  hingga akhirnya Rudi datang sore harinya setelah diberi alamat yang jelas. Yah meski Tas cantik dan senyum manis Jenni terus saja menggelitik hatinya. ***
Saku celana Enda bergetar ada telpon masuk. Dilihatnya  ada nama Metta di layar hapenya.
“Halo Met, cerpenya belum jadi, aku minta waktu. Tapi jangan kuatir, sebelum hari senin, cerpen buat mading pasti udah jadi kok,” ucap  Enda langsung begitu tersambung dengan Metta.
“Heh ini bukan soal cerpen mading, ini soal cerpen kamu yang lain” seru Metta semangat.
“Cerpen yang mana?” saut Enda jadi penasaran Metta tiba-tiba menelponnya.
“Cerpen kamu yang dimuat di majalah. selamat yaa! Ikut seneng deh. Jangan lupa traktirannya,”
“Majalah apa! Jangan becanda ah.”
“Alaaah, jangan mangkir dari kewajiban nraktir kalo lagi dapet rejeki, deh. Apa perlu aku bawa majalahnya kerumahmu sebagai bukti”
“Yang bener Met!” pekik Enda tak percaya.
“Lho, kamu beneran belum tau cerpen kamu dimuat di majalah Girl, aku tadi kerumah temen yang biasanya langganan. dan iseng-iseng aku baca.  ada cerpen kamu.. Biar kata pake nama samaran aku tau itu cerpen kamu,”
“Belum Met, ya  udah makasih infonya, aku cek dulu. soal traktiran gampang. Asal jangan lebih dari lima ribu aja, he he.”
“Dasar!”
Enda buru-buru mematikan sambungan telponnya. Kemudian bergegas membuka emailnya dari hape, dan untung paketan internetnya masih ada. Dan memang ada dua pesan masuk di emailnya. dua-duanya berasal dari redaktur majalah Girl yang berisi konfirmasi kalo dua cerpennya akan dimuaat, dan sudah dikirim sebulan yang lalu. Yah saking sibuknya ngejar rupiah buat beli tas. Enda sampek lupa ngecek email yang biasanya dia gunakan untuk mengirim cerpen ke majalah.
Meski bukan kali pertama ini cerpennya dimuat di majalah, Enda begitu gembira  sampek loncat-loncat kayak orang gila, apalagi setelah ngecek honor dari tulisannya juga sudah ditransfer ke rekeningnya Enda jadi makin histeris. Mamanya sampek geleng-geleng kepala liat kelakuan Enda..
“Alhamdulilah ya Alloh,” ucap Enda  tak lupa bersyukur.
“kesambet dimana nih anak,” batin mamanya geleng-geleng kepala.
Sore itu juga Enda ke ATM ngambil honor tulisannya langsung membeli tas cantik yang ingin sekali dia jadikan hadiah untuk Jenni, Enda juga mesen tiket film romantis sama kenalannya yang jualan makanan kecil di sekitar gedung bioskop untuk malam minggunya. Tak lupa Enda juga membelikan hape second  untuk adiknya.
“Dek, nggak usah takut cerita aja sama Mama. Kakak yakin kok mama bisa ngerti. Dan ini buat adek, yah biar kata nggak secanggih hape adek yang ilang, tapi lumayanlah bisa buat main-main facebook he he.”
“Hiks, makasih ya kak,” jawab Dara terharu.
“Sama-sama dek, bantuin kakak bungkus kado ya?”  seru Enda lembut, menyadari bahwa karena adiknya ah Enda tak jadi menjual Android yang dia temukan. Sebuah barang yang memang bukan haknya.
“Beres kak…” ***
Hari yang dinanti-nanti Enda itu tiba. Hari yang membuat Enda selama sebulan belakangan harus bekerja keras untuk dapat uang tambahan untuk membeli tas cantik yang dia harapkan akan menmgukir senyum manis di bibir Jenni ceweknya. Enda mematikan hapenya dan belum mengucapkan selamat. Enda juga sengaja menghindar waktu di sekolah tadi. Enda lebih memilih memberi kejutan dengan menunggu Jenni di depan rumahnya, mengucapkan selamat ulang tahun, diterangi cahaya lampu jalan di depan rumah Jenni sambil menyerahkan tas cantik yang dibeli Enda dengan susah payah.
Sudah hampir jam sepuluh malam. Jenni belum pulang juga. Enda sudah dari tadi sore berdiri di depan rumah Jenni sampek dikerubungi nyamuk, Enda mulai resah menanti. Enda tau Jenni merayakan hari jadinya  dengan pergi makan-makan bersama  temen-temen kelasnya, anak-anak basket dan cheerleader. Tapi tak menyangka sampek malam Jenni belum juga pulang.
 Saat Enda sudah sangat resah  dan berniat menelpon Jenni untuk mengetahui keberadaannya, sebuah mobil berhenti di depan rumah Jenni, Enda berbalik bersembunyi di balik pohon palem yang ada di depan rumah Jenni, ada senyum di bibirnya setelah tau Jenni turun dari mobil.
Seorang cowok ikut turun bersama Jenni berbincang akrab dengannya.
“Makasih ya, Jo. Udah mau nganterin. Kamu nggak mau mampir dulu,” tawar Jenni manis.
“Nggak, ah. Udah malam lain kali saja. Jangan lupa besok, aku jemput jam lima sore,”
“He he siap Jo.”
“Eh ngomong-ngomong, cowok kamu nggak ngamuk apa? Kamu pergi nonton sama aku,” pancing Jo ingin tau kejelasan hubungan Enda dengan Jenni.
“Ah tenang aja. Apapun yang aku lakukan dia nggak bakal berani marah, lagian aku udah mau putus kok sama Enda, lagi nunggu waktu yang tepat aja buat mutusin dia”
“Lagian kok bisa sih, kamu pacaran sama cowok payah macem si Enda….”
“Abis dia nguber-nguber terus sih. Karena kasian yang aku terima aja, tapi dia romantis lho, dia sering bikin  cerpen-cerpen lucu yang bisa buat aku tertawa ngakak  kalo aku lagi boring,”
“Buruan putusin dia!  aku pengen jadi satu-satunya pacar kamu,” desak Jo cowok atletis anggota tim basket sekolah itu tak terima Jenni memuji cowok lain di depannya.
            “Sabar ya!” Rayu Jenni sambil memegang tangan Jo, mesra.
Enda mendengar semua percakapan itu, ada rasa yang tak bisa diungkapkan yang dia rasakan kini. Seluruh tubuhnya seperti terbakar. Ingin sekali dia menghampiri Jo menghajarnya sampek babak belur di hadapan Jenni, tapi sekuat hati ditahannya,
Enda muncul saat Jenni dan Jo berpegangan tangan mesra. Membuat keduanya terperajat kaget dan buru-buru melepaskan tangan mereka yang tadinya bergandengan.
“Endaa!” pekik Jenni setengah tak percaya dengan kemunculan Enda.
“Happy birthday to you, Happy birthday to you, happy birthday,  happy birthday, happy birthday to you,” Enda bernyanyi dengan suaranya yang parau menahan gejolak di hatinya membawa sebuah bingkisan yang sudah lama diidam-idamkan Jenni.
“Selamat ulang tahun Jenni, semoga harimu selalu indah,” ucap Enda berusaha tegar, sambil meletakkan kadonya di tanah kemudian bergegas pergi tanpa berucap apa-apa lagi. Enda terus berjalan pergi meski terdengar olehnya beberapa kali Jenni memanggil namanya.
“Kuat ya Alloh kuatkan hamba,” doanya dalam perih sambil mempercepat langkahnya Enda ingin segera mungkin sampek di rumahnya, karena dia merasakan ada rintik hujan. Enda tak mau berakhir klise patah hati di tengah guyuran hujan seperti cerita romance yang biasa dia tulis.***
Sepulang sekolah Enda langsung mengunci diri di kamarnya, menyalakan komputernya, menuangkan segala perih yang dia rasa menjadi rangkaian cerita yang dia harapkan mampu menjadi pengalih rasa sakit yang dia rasakan, yah bagi seorang seperti Enda, patah hati bisa menjadi sebuah inspirasi menulis cerpen. Dan saat ide-ide itu begitu deras mengalir. Enda merasakan ada  getaran di saku celananya. Sebuah sms masuk. Sms dari kenalannya yang dia titipi tiket film. Yang mengabarkan tiket yang diminta Enda sudah tersedia.
“Tiket udah aku pesenin, film paling romantis deh. Jangan lupa ntar malem filmnya diputer,” Enda tersenyum kecut membaca pesan dari temennya itu. Enda baru sadar kalo sudah mesen dua tiket untuk nanti malam beberapa hari yang lalu.
Harusnya malam minggu ini jadi hari yang indah buat Enda. Tapi semua berubah jadi hari paling buruk dalam sekejap. Enda berusaha menghubungi beberapa temennya untuk diajak nonton menggantikan tiket yang harusnya dipake Jenni, tapi semua orang yang dihubunginya sedang punya acara masing-masing untuk menghabiskan akhir pekan mereka, Dara adiknya juga tak bisa.
“Hallo Metta, gimana cerpen yang aku kirim buat mading, udah dibaca belum?”  sapa Enda lewat sambungan telpon.
"Udah Nda, ceritanya sedih banget ya, pasti Jenni bakalan ngerasa tersindir banget, kalo baca cerpen kamu, hari senin nanti,” jawab Metta mengomentari cerpen Enda yang buat mading. Yang menceritakan perjuangannya jadi tukang cuci piring buat kado Jenni tapi berakhir dengan dikhianati.
“Jangan bahas Jenni lagi ya, bikin bad mood. Eh Ta, ntar malem malem nonton yuk aku ada dua tiket nih,” Seru Enda langsung tanpa tedeng aling-aling.
“Maaf Nda, gimana ya. Aku masih harus nyiapin banyak hal buat mading yang terbit hari senin nih, maaf ya, aku nggak bisa,” tolak Metta halus.
 Metta tau betul apa yang sedang dirasakan Enda sekarang, sedang butuh seseorang untuk menguatkan. Tapi Metta memang sedang berhalangan untuk itu.
“Ya udahlah Met nggak papa. Aku nonton sendiri saja,” Seru Enda lemah.
Lengkap sudah apa yang dia rasakan kini, sendiri di malam minggu yang harusnya jadi hari bahagia. Bahkan Metta sahabatnya pun tak bisa menemani. Meski harus sendirian ia bertekat akan  pergi nonton. menikmati getir-getir perih nonton film romantis saat lagi patah hati,berharap jadi  ide cerita lagi.
Entah memang sedang kena kutukan  atau apa, malam minggu Enda benar-benar kelabu, sudah cukup lama menunggu belum juga ada angkot yang mau berhenti mengankutnya.  Sopir-sopir angkot seperti takut ketularan jadi galau seperti yang Enda rasakan. Dan begitu ada angkot yang mengangkutnya baru separuh perjalanan, angkot tersebut menurunkan Enda di tepi  jalan gara-gara hanya mengankut Enda seorang  dan memilih putar balik untuk mengankut penumpang yang lebih banyak di arah yang berlawanan.
“Ya alloh,” batin Enda seperti tak percaya dengan yang dia alami. Mau pulang sudah nanggung mau nerusin nonton nggak ada angkot yang lewat.
Enda duduk selonjor di pinggir jalan meratapi nasib sialnya, membayangkan hal-hal indah yang harusnya terjadi sebelum semua berakhir tragis. Dan saat Enda terbuai dalam lamunan, sebuah mobil berhenti di depannya. Keluar dari mobil itu seorang gadis yang tiba-tiba menyapanya.
“Kamu Enda kan,?” sapa gadis itu menyadarkan lamunan Enda.
“Kamu siapa?” Enda,balik nanya sambil masih selonjoran di tanah.
Gadis itu memperlihatkan sesuatu di tangannya. Sebuah Android keluaran terbaru.
“Aku Airin pemilik android yang kamu temukan beberapa hari yang lalu,”
“Haaah! Bukannya yang punya itu cowok, si Rudi,” seru Enda bangkit menatap lekat gadis yang menyapanya.
“Itu kakakku yang aku minta ngambil dari kamu.  aku di dalam mobil nggak ikutan turun,”
“Oo Gitu,”  Enda mulai paham, agak-agak ingat dengan sosok manis dalam mobil beberapa hari yang lalu.
“Ngomong-ngomong kamu ngapain bengong disini,” Tanya Airin penasaran melihat Enda selonjoran di tepi jalan dengan wajah sendunya.
“Rencananya sih mau ke matos nonton film. Tapi angkotnya nggak lewat-lewat sopirnya lagi demo kali ya,” seru Enda masih kesel diturunkan sopir angkot tadi.
“Mm gitu, bareng aku aja yuk, kebetulan rumahku deket-deket situ,” ujar Airin menawarkan tumpangan.
Enda masih tak percaya dengan tawaran itu, tapi dari pada digigitin nyamuk dan semakin tampak menyedihkan kalo sampek nggak dapet angkot.  Enda pun akhirnya ikut mobil Airin. Dan di dalam mobil terjadilah percakapan hangat. Enda yang emang dasarnya sedang butuh teman bicara mengungkapkap semua masalahnya pada Airin gadis yang baru beberapa saat dia kenal itu, termasuk kisah sedihnya dengan Jenni.
“Dasar cewek bodoh!” saut Airin begitu mendengar cerita Enda tentang Jenni.
“Nggak bodoh Rin. Tapi normalah kalo cewek lebih tertarik sama cowok cakep dan tajir seperti Jo,”
            “Aku yakin deh, suatu saat cewek yang udah mutusin kamu bakalan nyesel ngelepas cowok baik macem kamu,” saut Airin makin bersimpati dengan cowok yang baru dikenalnya itu, yang sama sekali tak menyimpan dendam sama mantan yang sudah menyakitinya.
“Ha ha aku nggak sebaik yang kamu kira Rin. Seandainya malam itu konternya nggak tutup. Adroid kamu nggak bakalan balik, soalnya waktu itu aku bener-bener lagi kepepet.”
“Lha, kalo lagi bener-bener butuh duit, kenapa juga kamu nolak, waktu kakakku ngasih uang sama kamu,” Tanya Airin makin penasaran dengan sosok Enda.
“Karena aku pikir, kalo niat nolong yang harus ikhlas tanpa pamrih,”
“Terus buat beli tas, tiket nonton dan lain-lain kamu dapat duit dari mana, aku nggak mau ah, kalo nemenin kamu nonton, duitnya dapet dari nyolong ha ha ”  canda Airin berusaha mencairkan suasana, sambil tetap konsentrasi menyetir.
“Alhamdulilah nggak sampek nyolong Rin, halal. waktu aku sudah pasrah, tiba-tiba temen nelpon mengabarkan kalo cerpenku dimuat di majalah awalnya aku sempet nggak percaya setelah aku cek ternyata memang iya, mereka konfirmasi via email, dari honor tulisan itulah aku bisa beli semuanya , tapi sayang tak berakhir indah,” kenang Enda jadi sedih mengenang kejadian yang sangat menyakitkan.
“Wah hebat, kamu penulis ya? Aku juga hobi nulis lho, bentar ya.” Airin menepikan mobilnya, kemudian mengutak atik Androidnya, memperlihatkan sama Enda. “Kamu baca deh, ada lomba nulis cerpen duet, satu cerpen ditulis sama dua orang,  harus cowok sama cewek temanya tentang cara tuhan menghadirkan cinta, hadiahnya lumayan. Gimana? Kamu mau nggak jadi temen duetku.” Enda diam tak menjawab masih mempelajari isi persyaratan dari lomba tersebut.
“Mau yaaa?” seru Airin sangat berharap Enda mau jadi patner duetnya dalam menulis,
Enda masih terdiam menatap lekat wajah Airin, Enda baru sadar cewek di sebelahnya punya senyuman manis yang meneduhkan hatinya, cantik seperti Kinal member JKT 48.
“Boleh deh, kalo emang kamu yakin mau duet sama aku,” jawab Enda pelan. Membuat Airin langsun bersorak gembira.
“Yesss! Kita bikin cerita yang manis yaa!” seru Airin lagi.
 Enda jadi lupa rasa sakit hatinya saat berada di samping  gadis ceria seperti Airin. Ada senyum terukir di bibir Enda waktu membaca kalimat terakhir di promo lomba menulis cerpen yang di tunjukkan Airin. Yah siapa tau aja habis jadi partner nulis cerpen kalian bisa jadi partner, dalam menjalani hidup ha ha.
“Amiiin!” Enda keceplosan saking ngarepnya hal itu terjadi.
“Amin apa Nda?” saut Airin penasaran Enda tiba-tiba bilang Amin.
“Eh bukan apa-apa kok, mm buruan jalan deh filmnya keburu diputer,” jawab Enda salah tingkah hampir ketauan, buru –buru mengalihkan perhatian.
“Oo kirain , ok kita berangkat!” seru Airin melajukan mobilnya, sambil terus bercanda hangat dengan Enda, menikmati malam minggu yang tak jadi kelabu. Selesai































































           

Rabu, 04 November 2015

Ditinggal tanpa alasan




          Tenang aja yang pengen aku ceritain ini bukan kisah sedih kok. Yah walaupun pemilihan judulnya agak-agak berbau-bau galau.  Saat  ini saja masih bingung harus sedih atau geli pernah ngalamin hal ini. kadang masih merasa aneh masih nggak habis pikir aja, kok bisa ya? Oke langsung saja, semoga nggak bosen.
            Di awal tahun 2013, aku dapat permintaan pertemanan dari cewek dari Bandung di fb,.gara gara dia abis baca cerpenku di sebuah media. Dia juga suka nulis walaupun menurutku dia nggak bakat nulis. Tapi karena dia gigih dan terus berlath dia jadi mulai jago merangkai kata. Kita mulai makin akrab dan sering chatingan . Kita sama-sama susah tidur kalo sudah lewat jam sebelas malam belum tidur sesiatu yang jadi awal kita sering chat.. Kita ngobrolin banyak hal sebelum salah satu dari kami pamit tidur. Oya kadang kalo diantara kami suka susah tidur, aku atau dia nggak malu untuk minta ditemani.
            Di facebook sendiri kita sama-sama jarang saling mengomentari atau like status tapi langsung chat (kebetulan aku dan dia juga jarang-jarang bikin status). Pernah satu minggu penuh kita chatingan.  Nggak banyak yang dibahas sih, cuman berusaha saling  membalas saja. Misal aku nanya kabar jam tujuh pagi dia balesnya jam lima sore aku bales lagi jam sepuluh malem begitu terus. Kita saling menyemangati dan berbagi info lomba soal tulis penulis. Dia mulai kerajingan  ikut lomba antologi indie, itu lho  lomba yang  nanti di bukukan,kontributor dapat E sertifikat terus suruh beli bukunya sendiri dengan potongan harga. Dia berkali-kali dengan bangga memposting bukunya di facebook. Aku hanya nyengir saja
            Jujur  waktu itu pengen bilang ngapain dia buang-buang waktu ikut lomba yang lebih banyak menguntungkan pihak penerbit. Penulisnya Cuman dapet e sertifikat nggak masuk toko  buku pula kumcernya. Tapi melihat dia begitu bangga pamer E sertifikat dan buku, aku nggak tega buat jelasin lebih lanjut.
Pelan-pelan aku jelasin, aku juga mendorong dia  agar  nyobak ngirim ke media saja atau ikutan lomba-lomba yang jelas hadiahnya. Nggak mudah sih, nggak kayak lomba-lomba yang biasa dia ikuti yang pasti diterima dan terbit. Bakal ngalamin penolakan dan sebangsanya. Tapi dengan begitu dia bakal tau karyanya beneran  bagus apa nggak. Dia lama-lama mulai paham dan mulai jarang ikut lomba-lomba yang kontributor dikasih  E sertifikat.
            Kita makin dekat dan mulai bercerita banyak hal  tentang keseharian masing-masing.  Dia suka  ngirimi aku puisi  nah aku ngirim cerpen. Dia  jago banget soal EYD, abis sudah naskahku dibedah sama dia. Dia juga ngirimin fotonya, Yah dia nggak majang foto aslinya di facebook. Dia lumayan cantik, kulit sawo matang, dan punya lesung pipi yang manis memakai hijab yang  cukup rapat. Yah walaupun aku nggak tau juga itu foto asli apa palsu.
            Percakapan kami di dunia maya akhirnya menyinggung soal jodoh. Topik yang selama ini nggak pernah kita bahas. Awalnya dia  cerita mulai kesel ditanya-tanya kapan nikah sama orang-orang sekitanya padahal usianya baru 22 th  aku  bilang kalo aku yang umur  22  lebih beberapa tahun nyantai-nyantai aja ditanya begitu he he. Aku nyeletuk  udah ada calonnya belum? Dia jawab belum dan masih mencari sosok yang  nyambung ngobrolnya, lucu dan bisa jadi imam yang baik buat dia.  Dia gantian nanya tentang aku dan aku jawab saja aku udah ada kandidat cinta. Dia penasaan sosok kandidat cinta itu,  pengen tau siapa? akun fbnya apa? Dia kepo banget pokoknya.  Aku bilang rahasia.
            Suatu hari aku pernah ngirim dia cerpen yang khusus aku tulis buat temen sma ku, cewek juga. Nggak tau kenapa dia nggak bales, aku pikir dia pasti lagi sibuk dan belum sempat baca. Hingga lama-lama aku baru sadar kalo dia menghilang. Akunnya tiba-tiba nggak ada pas aku cari dipencarian. Aku mulai ambil kesimpulan kalo aku diblokir. Bingung juga, kok diblokir? Apa akunnya dibajak orang ? apa aku buat salah? Pertanyaan-pertanyaan sampai saat ini nggak nemu jawabannya.
             Yah meski kita nggak pernah saling tatap muka atau bicara. Kalo kamu, Ajeng iseng-iseng baca tulisan ini. Kalo  memang mau pergi entah alasannya apa? Setidaknya say good bye for me. Biar aku nggak penasaran. Toh setidaknya selama dua tahun setengah kita pernah berbagi cerita. Waktu yang nggak singkat menurutku.dan jujur, kadang ngarep kamu  tiba tiba muncul lagi saat mata ini enggan terpejam.
Malang 8 Sepember 2015
Writer story