Tenang aja yang pengen aku ceritain ini
bukan kisah sedih kok. Yah walaupun pemilihan judulnya agak-agak berbau-bau
galau. Saat ini saja masih bingung harus sedih atau geli
pernah ngalamin hal ini. kadang masih merasa aneh masih nggak habis pikir aja,
kok bisa ya? Oke langsung saja, semoga nggak bosen.
Di awal tahun 2013, aku dapat permintaan pertemanan dari cewek
dari Bandung di fb,.gara gara dia abis baca cerpenku di sebuah media. Dia juga
suka nulis walaupun menurutku dia nggak bakat nulis. Tapi karena dia gigih dan
terus berlath dia jadi mulai jago merangkai kata. Kita mulai makin akrab dan
sering chatingan . Kita sama-sama susah tidur kalo sudah lewat jam sebelas
malam belum tidur sesiatu yang jadi awal kita sering chat.. Kita ngobrolin banyak hal sebelum salah satu dari kami pamit
tidur. Oya kadang kalo diantara kami suka susah tidur, aku atau dia nggak malu
untuk minta ditemani.
Di facebook sendiri kita sama-sama jarang saling
mengomentari atau like status tapi langsung chat (kebetulan aku dan dia juga jarang-jarang bikin status). Pernah satu minggu penuh kita
chatingan. Nggak banyak yang dibahas sih, cuman berusaha saling membalas saja. Misal aku nanya kabar jam
tujuh pagi dia balesnya jam lima sore aku bales lagi jam sepuluh malem begitu
terus. Kita saling menyemangati dan berbagi info lomba soal tulis penulis. Dia
mulai kerajingan ikut lomba antologi
indie, itu lho lomba yang nanti di bukukan,kontributor dapat E
sertifikat terus suruh beli bukunya sendiri dengan potongan harga. Dia
berkali-kali dengan bangga memposting bukunya di facebook. Aku hanya nyengir
saja
Jujur waktu itu
pengen bilang ngapain dia buang-buang waktu ikut lomba yang lebih banyak
menguntungkan pihak penerbit. Penulisnya Cuman dapet e sertifikat nggak masuk
toko buku pula kumcernya. Tapi melihat
dia begitu bangga pamer E sertifikat dan buku, aku nggak tega buat jelasin
lebih lanjut.
Pelan-pelan
aku jelasin, aku juga mendorong dia agar nyobak ngirim ke media saja atau ikutan lomba-lomba yang
jelas hadiahnya. Nggak mudah sih, nggak kayak lomba-lomba yang biasa dia ikuti
yang pasti diterima dan terbit. Bakal ngalamin penolakan dan sebangsanya. Tapi
dengan begitu dia bakal tau karyanya beneran
bagus apa nggak. Dia lama-lama mulai paham dan mulai jarang ikut
lomba-lomba yang kontributor dikasih E
sertifikat.
Kita makin dekat dan mulai bercerita banyak hal tentang keseharian masing-masing. Dia suka ngirimi aku puisi nah aku ngirim cerpen. Dia jago banget soal EYD, abis sudah naskahku
dibedah sama dia. Dia juga ngirimin fotonya, Yah dia nggak majang foto aslinya
di facebook. Dia lumayan cantik, kulit sawo matang, dan punya lesung pipi yang
manis memakai hijab yang cukup rapat. Yah
walaupun aku nggak tau juga itu foto asli apa palsu.
Percakapan kami di dunia maya akhirnya menyinggung soal
jodoh. Topik yang selama ini nggak pernah kita bahas. Awalnya dia cerita mulai kesel ditanya-tanya kapan nikah
sama orang-orang sekitanya padahal usianya baru 22 th aku bilang kalo aku yang umur 22 lebih beberapa tahun nyantai-nyantai aja ditanya begitu he he. Aku nyeletuk udah
ada calonnya belum? Dia jawab belum dan masih mencari sosok yang nyambung ngobrolnya, lucu dan bisa jadi imam
yang baik buat dia. Dia gantian nanya
tentang aku dan aku jawab saja aku udah ada kandidat cinta. Dia penasaan sosok
kandidat cinta itu, pengen tau siapa?
akun fbnya apa? Dia kepo banget pokoknya. Aku
bilang rahasia.
Suatu hari aku pernah ngirim dia cerpen yang khusus aku
tulis buat temen sma ku, cewek juga. Nggak tau kenapa dia nggak bales, aku
pikir dia pasti lagi sibuk dan belum sempat baca. Hingga lama-lama aku baru
sadar kalo dia menghilang. Akunnya tiba-tiba nggak ada pas aku cari
dipencarian. Aku mulai ambil kesimpulan kalo aku diblokir. Bingung juga, kok
diblokir? Apa akunnya dibajak orang ? apa aku buat salah? Pertanyaan-pertanyaan
sampai saat ini nggak nemu jawabannya.
Yah meski kita
nggak pernah saling tatap muka atau bicara. Kalo kamu, Ajeng iseng-iseng baca
tulisan ini. Kalo memang mau pergi entah
alasannya apa? Setidaknya say good bye
for me. Biar aku nggak penasaran. Toh setidaknya selama dua tahun setengah
kita pernah berbagi cerita. Waktu yang nggak singkat menurutku.dan jujur, kadang ngarep kamu tiba tiba muncul lagi saat mata ini enggan terpejam.
Malang 8 Sepember 2015
Writer story
Tidak ada komentar:
Posting Komentar