Masih Sabtu
Kebutuhan ekonomi membuat Cempluk harus merelakan suaminya pergi ke
luar kota mencari nafkah. Tapi meski berjauhan, berkat kecanggihan teknologi hampir setiap hari Cempluk dan suaminya bisa ngobrol lewat video call. Biasanya mereka ngobrol saat pagi sebelum suaminya
berangkat kerja dan saat malam hari. Obrolan mereka makin ramai saat tanggal
merah dimana anak mereka yang bernama Jon Koplo yang masih TK nol besar bisa ikut ngobrol saat sarapan pagi.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Cempluk sudah merawat anaknya
dan buru-buru mengantarkan anaknya sekolah agar nanti bisa sarapan pagi sambil
ngobrol dengan suaminya via video call. Saat Cempluk datang, sekolah masih sepi.
Hanya ada beberapa anak saja yang sudah berada di dalam pagar.
“Mengko lek Bunda durung teka
nyusul, entenono ndek njeru pager yow le..”
pesan Cempluk mewanti-wanti saat Koplo sudah turun dari motor.
“Nggeh Bunda…” jawab Koplo sambil mencium tangan Cempluk.
Koplo pun bergegas masuk gerbang sekolah. Cempluk mulai memutar
sepedanya sebelum Koplo kembali keluar gerbang dan memanggilnya.
“Bunda! Kok aku gawe seragam putih dewe, kanca-kancaku gawe seragam
batik?” tanya Koplo polos merasa berbeda dengan temannya.
“Ya Alloh, saiki isik sabtu to…” jerit Cempluk yang baru sadar kalau hari ini masih Sabtu bukan Senin dan libur kemarin itu bukan
karena Minggu tapi karena tanggal merah. Dengan muka merah tanpa menoleh kanan
kiri Cempluk pun buru-buru membawa Koplo pulang untuk ganti seragam dan untuk sesaat
lupa video call an sama suaminya. Selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar