Minggu, 24 November 2019

Ngisin-ngisini tapi bawa rizki

Pernah nggak sih kalian punya pengalaman yang memalukan plus ngisin-ngisini? ha ha. kalau aku sering, saking seringnya sampai lupa -lupa. Pernah ada teman pas ngumpul dan cerita eh kamu dulu begini begitu terus aku bilang udah lupa tuh. (aslinya pura-pura lupa sih terlalu memalukan ha ha).  yup ternyata ada sebuah rubrik di koran solopos yang memuat tulisan yang berdasarkan pada pengalaman lucu nan ngisin-ngisini. nama Rubriknya Ah tenane.  Aku pun iseng-iseng coba mengirim dan alhamdulillah beberapa ada yang tembus. Hmm ternyata pengalaman memalukan yang dulu ingin dilupakan itu bisa mendatangkan rizki kwkw. Tapi  karena udah banyak kenangan yang lupa kadang aku nulis berdasar pengalaman teman yang berseliweran di fb tentu saja ditulis dengan rapi dan menarik ditambahi bumbu-bumbu penyedap dan izin sama yang punya pengalaman baru ditulis. Berikut tulisanku berdasarkan pengalaman lucu teman yang dimuat di koran barangkali ada yang mau baca.




Masih Sabtu
Kebutuhan ekonomi membuat Cempluk harus merelakan suaminya pergi ke luar kota mencari nafkah. Tapi meski berjauhan, berkat kecanggihan teknologi  hampir setiap hari Cempluk dan suaminya bisa  ngobrol lewat video call. Biasanya mereka ngobrol saat pagi sebelum suaminya berangkat kerja dan saat malam hari. Obrolan mereka makin ramai saat tanggal merah dimana anak mereka yang bernama Jon Koplo yang masih TK nol besar  bisa ikut ngobrol saat  sarapan pagi.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Cempluk sudah merawat anaknya dan buru-buru mengantarkan anaknya sekolah agar nanti bisa sarapan pagi sambil ngobrol dengan suaminya via video call. Saat Cempluk datang, sekolah  masih sepi.  Hanya ada beberapa anak saja yang sudah berada di dalam pagar.  
“Mengko lek  Bunda durung teka nyusul, entenono ndek njeru pager yow le..”  pesan Cempluk mewanti-wanti saat Koplo sudah turun dari motor.
“Nggeh Bunda…” jawab Koplo sambil mencium tangan Cempluk.
Koplo pun bergegas masuk gerbang sekolah. Cempluk mulai memutar sepedanya sebelum Koplo kembali keluar gerbang dan  memanggilnya.
“Bunda! Kok aku gawe seragam putih dewe, kanca-kancaku gawe seragam batik?” tanya Koplo polos merasa berbeda dengan temannya.
“Ya Alloh, saiki isik sabtu to…” jerit Cempluk yang baru sadar kalau  hari ini masih  Sabtu bukan Senin dan libur kemarin itu bukan karena Minggu tapi karena tanggal merah. Dengan muka merah tanpa menoleh kanan kiri Cempluk pun buru-buru membawa Koplo pulang untuk ganti seragam dan untuk sesaat lupa video call an sama suaminya. Selesai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar